Karet Dumai
Edi Susanto, seorang petani karet warga Kelurahan Bukit Nenas, Kecamatan Bukit Kapur mengeluhkan anjloknya harga jual produksi getah karet ini ke agen penampung.
Dia mengaku tidak mengetahui persis penyebab turunnya harga tersebut, namun dari pihak agen menyebutkan harga penjualan di pabrik juga mengalami penurunan.
"Rabu kemarin masih berkisar antara Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu, namun pada hari ini harga sangat anjlok hingga mencapai Rp 8.500 perkilogram. Kata agen yang menampung hasil getah kami harganya turun di penjualan pabrik kelapa sawit," terang Edi didampingi Mislan, Jumat (19/4) kemarin.
Kondisi penurunan harga yang sudah berlangsung ini terang saja dikeluhkan para petani karet yang sebagian besar membuka perkebunan di Kecamatan Bukit Kapur. Sebagian besar masyarakat di kecamatan tersebut menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian, perkebunan dan wiraswasta. Sehingga, jika harga karet terus turun maka akan memperburuk ekonomi masyarakat.
"Penurunan harga ini tidak ada pengaruhnya dengan kualitas hasil sadapan batang karet kami karena sejauh ini produksi masih bagus dan berkualitas. Kendati begitu, kami tetap menyadap karet dan tetap menjual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ungkapnya.
Saat ini petani karet di daerah tersebut hanya bisa pasrah dengan harapan harga karet kembali naik. Kepada pemerintah, petani mengharapkan agar secepatnya dapat mengendalikan harga dan memulihkan kembali harga seperti semula.
Menurutnya, dalam sehari produksi dan penjualan getah karet ke kalangan agen, petani karet di Kelurahan Bukit Nenas ini mampu mengumpulkan getah karet hingga mencapai 1 ton perhari dengan produksi per petani bisa mencapai 3 kilogram per hari.
"Ya, karena harganya turun maka kami berharap supaya pemerintah melakukan upaya-upaya pengendalian harga getah yang anjlok ini supaya kehidupan perekonomian para petani tidak mengalami kesulitan," harapnya.
Posting Komentar