Cerita Rakyat |
Mungkin Cerita Rakyat yang saya share dibawah ini adalah Hanya sebagian atau bahkan Sedikit Cerita Rakyat yang ada di Indonesia akan tetapi saya akan berusaha untuk membuat teman teman terbantu untuk membuat atau mencari tugas Sekolah dan juga saya sebagai Warga negara Indonesia hanya ingin mengenalkan warisan nenek moyang kita yang kaya akan Cerita Rakyat, Okelah langsung saja, jangan kelamaan untuk pendahuluannya dan langsung saja untuk membaca Cerita Rakyat dibawah ini.
Cerita Rakyat |
KUMPULAN CERITA RAKYAT INDONESIA |
1. BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya......Baca Selengkapnya...
2.KEONG MAS
Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama Galoran. Ia termasuk orang yang disegani karena kekayaan dan pangkat orangtuanya. Namun Galoran sangatlah malas dan boros. Sehari-hari kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada waktu orang tuanya meninggal dunia.....Baca Selengkapnya....
3. LUTUNG KASARUNG
Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah....Baca Selengkapnya.....
4. DANAU TOBA
Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari....Baca Selengkapnya....
5. TIMUN MAS
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun....Baca Selengkapnya...
6. CINDELARAS
Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raden Putra. Ia didampingi oleh seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang memiliki sifat iri dan dengki. Raja Putra dan kedua istrinya tadi hidup di dalam istana yang sangat megah dan damai. Hingga suatu hari selir raja merencanakan sesuatu yang buruk pada permaisuri raja. Hal tersebut dilakukan karena selir Raden Putra ingin menjadi permaisuri....Baca Selengkapnya.....
7.LEGENDA BATU MENANGIS
Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari....Baca Selengkapnya...
8. SANGKURIANG
Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak.....Baca Selengkapnya.....
9. MALIN KUNDANG
Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang....Baca Selengkapnya.....
The Next Cerita rakyat.......
Semoga Cerita Rakyat diatas bisa membantu anda dalam menyelesaikan tugas dan menambah wawasan tentang Cerita Nusantara, kami ucapkan bnyak terimakasih atas kunjungannya...
Semoga Cerita Rakyat diatas bisa membantu anda dalam menyelesaikan tugas dan menambah wawasan tentang Cerita Nusantara, kami ucapkan bnyak terimakasih atas kunjungannya...
ta Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih - Legenda Indonesia
Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih - Legenda Indonesia
Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih - Sebelumnya saya kan memperkenalkan Postingan sebelumnya tentang Cerita Rakyat Keong Mas dan Cerita Rakyat Lutung Kasarung, kali ini saya akan Shere juga Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih. Okelah langsung saja untuk membaca Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih dibawah ini.
BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH |
Cerita Rakyat Riau, Sumatera
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
Semoga Bermanfaat Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putihnya dan kami Ucapkan banyak terimakasih kepada anda yang telah mengunjungi Web Blog ini dan Kunjungi Kumpulan Cerita Rakyat yang lainnya..
_______________________________________________________________________
Cerita Rakyat Keong Mas - Legenda Nusantara
Cerita Rakyat Keong Mas - Sebelunya saya telah Posting Cerita Rakyat Danau Toba dan Cerita Rakyat Lutung Kasarung , Kali ini saya akan Share Cerita Rakyat Keong Mas.
Cerita ini Berasal dari Tanaj Jawa dan sangan Melegenda sekali Okelah Langsung saja untuk membaca Cerita Rakyat Keong Mas dibawah ini.
KEONG MAS |
Cerita Rakyat Tanah Jawa
Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama Galoran. Ia termasuk orang yang disegani karena kekayaan dan pangkat orangtuanya. Namun Galoran sangatlah malas dan boros. Sehari-hari kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada waktu orang tuanya meninggal dunia ia semakin sering berfoya-foya. Karena itu lama kelamaan habislah harta orangtuanya. Walaupun demikian tidak membuat Galoran sadar juga, bahkan waktu dihabiskannya dengan hanya bermalas-malasan dan berjalan-jalan. Iba warga kampung melihatnya. Namun setiap kali ada yang menawarkan pekerjaan kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja tanpa mau melakukan pekerjaan tersebut. Namun akhirnya galoran dipungut oleh seorang janda berkecukupan untuk dijadikan teman hidupnya. Hal ini membuat Galoran sangat senang ; "Pucuk dicinta ulam pun tiba", demikian pikir Galoran.
Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai menenun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan Jambean sampai dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran sangat membenci anak tirinya itu, karena seringkali Jambean menegurnya karena selalu bermalas-malasan.
Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, sampai tega merencanakan pembunuhan anak tirinya sendiri. Dengan tajam dia berkata pada istrinya : " Hai, Nyai, sungguh beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia menasehati orangtua! Patutkah itu ?" "Sabar, Kak. Jambean tidak bermaksud buruk terhadap kakak" bujuk istrinya itu. "Tahu aku mengapa ia berbuat kasar padaku, agar aku pergi meninggalkan rumah ini !" seru nya lagi sambil melototkan matanya. "Jangan begitu kak, Jambean hanya sekedar mengingatkan agar kakak mau bekerja" demikian usaha sang istri meredakan amarahnya. "Ah .. omong kosong. Pendeknya sekarang engkau harus memilih .. aku atau anakmu !" demikian Galoran mengancam.
Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung hatinya. Ratapnya : " Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean anakku, mari kemari nak" serunya lirih. "Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku" jawab Jambean. "Nah selesai sudah" serunya lagi. Langsung Jambean mendapatkan ibunya yang tengah bersedih. "Mengapa emak bersedih saja" tanyanya dengan iba. Maka diceritakanlah rencana bapak Jambean yang merencanakan akan membunuh Jambean. Dengan sedih Jambean pun berkata : " Sudahlah mak jangan bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan bapak. Yang benar akhirnya akan bahagia mak". "Namun hanya satu pesanku mak, apabila aku sudah dibunuh ayah janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke bendungan" jawabnya lagi. Dengan sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Akhirnya Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan sesuai permintaan Jambean sang ibu membuang mayatnya di bendungan. Dengan ajaib batang tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan siput, atau disebut juga dengan keong dalam bahasa Jawanya.
Tersebutlah di Desa Dadapan dua orang janda bersaudara bernama Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil. Kedua janda itu hidup dengan sangat melarat dan bermata pencaharian mengumpulkan kayu dan daun talas. Suatu hari kedua bersaudara tersebut pergi ke dekat bendungan untuk mencari daun talas. Sangat terpana mereka melihat udang dan siput yang berwarna kuning keemasan. "Alangkah indahnya udang dan siput ini" seru Mbok Rondo Sambega "Lihatlah betapa indahnya warna kulitnya, kuning keemasan. Ingin aku bisa memeliharanya" serunya lagi. "Yah sangat indah, kita bawa saja udang dan keong ini pulang" sahut Mbok Rondo Sembadil. Maka dipungutnya udang dan siput tersebut untuk dibawa pulang. Kemudian udang dan siput tersebut mereka taruh di dalam tempayan tanah liat di dapur. Sejak mereka memelihara udang dan siput emas tersebut kehidupan merekapun berubah. Terutama setiap sehabis pulang bekerja, didapur telah tersedia lauk pauk dan rumah menjadi sangat rapih dan bersih. Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil juga merasa keheranan dengan adanya hal tersebut. Sampai pada suatu hari mereka berencana untuk mencari tahu siapakah gerangan yang melakukan hal tersebut.
Suatu hari mereka seperti biasanya pergi untuk mencari kayu dan daun talas, mereka berpura-pura pergi dan kemudian setelah berjalan agak jauh mereka segera kembali menyelinap ke dapur. Dari dapur terdengar suara gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip dan melihat seorang gadis cantik keluar dari tempayan tanah liat yang berisi udang dan Keong Emas peliharaan mereka. "tentu dia adalah jelmaan keong dan udang emas itu" bisik Mbok Rondo Sambega kepada Mbok Rondo Sembadil. "Ayo kita tangkap sebelum menjelma kembali menjadi udang dan Keong Emas" bisik Mbok Rondo Sembadil. Dengan perlahan-lahan mereka masuk ke dapur, lalu ditangkapnya gadis yang sedang asik memasak itu. "Ayo ceritakan lekas nak, siapa gerangan kamu itu" desak Mbok Rondo Sambega "Bidadarikah kamu ?" sahutnya lagi. "bukan Mak, saya manusia biasa yang karena dibunuh dan dibuang oleh orang tua saya, maka saya menjelma menjadi udang dan keong" sahut Jambean lirih. "terharu mendengar cerita Jambean kedua bersaudara itu akhirnya mengambil Keong Emas sebagai anak angkat mereka. Sejak itu Keong Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan menenun. Tenunannya sangat indah dan bagus sehingga terkenallah tenunan terebut keseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi bertambah kaya dari hari kehari.
Sampailah tenunan tersebut di ibu kota kerajaan. Sang raja muda sangat tertarik dengan tenunan buatan Jambean atau Keong Emas tersebut. Akhirnya raja memutuskan untuk meninjau sendiri pembuatan tenunan tersebut dan pergi meninggalkan kerajaan dengan menyamar sebagai saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Emas tersebut, dan sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong Emas. Raja menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa Jambean atau Keong Emas untuk masuk ke kerajaan dan meminang si Keong Emas untuk dijadikan permaisurinya. Betapa senang hati kedua janda bersaudara tersebut.
Semoga Cerita Rakyat Keong Mas diatas bermanfaat dan kami Ucapkan banyak terimakasih atas kunjungannya dan Kunjungi Kumpulan Cerita Rakyat yang lainnya...
by : sedi suganda; 26 Februari 2013.,,
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jangan lewatkan cerita-cerita raknyat lainya,, baca juga artikel di bawah tentang cerita raknyat di indonesia,, terutama cerita di kabupaten kuantan singingi,
Ombak Nyalo Simutu Olang
::: Cerita Rakyat Pangean :::
TEMPAT KEJADIAN
Cerita ini tejadi di sebuah desa yang bernama Pangean. Tepatnya disebuah sungai yang bernama Batang Pangean. Pangean adalah suatu negeri yang terletak dalam daerah Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi.
Tidak berapa jauh dari Pasar Usang, disebelah baratnya mengalir sebuah sungai Batang Pangean. Sungai itu berasal dari anak-anak sungai yang terkenal dengan nama sungai Tesso. Didalam sungai ini hidup berjenis-jenis ikan yang dapat menambah penghasilan rakyat yang hidup disekitarnya.
Apabila sungai ini banjir, air bergerak naik, ikan-ikan mulai memasuki sungai melalui sungai kuantan. Melihat ikan yang begitu banyak, penduduk Pasar Usang dan sekitarnya berebut-rebut menahan lukah untuk menangkap ikan yang masuk menuju ke hulu sungai.Salah satu tempat berkumpulnya ikan-ikan itu adalah disuatu lubuk yang bernama Lubuk Sayak.
Dilubuk inilah masyarakat berebut-rebut memasang lukah, menjala, merosok, meambai dan memosok. Musim kemarau, masyarakat bersiap-siap membuat lukah, jala, ambai dan posok. Alat penangkap ikan yang dianggap paling praktis digunakan untuk menangkap ikan adalah lukah. Untuk daerah rantau kuantan jika air meluap.
Masyarakat disekitar lubuk sayak telah mempersiapkan lukah. Negeri Pangean merupakan suatu negeri yang mempunyai banyak ragam kebudayaan di daerah rantau kuantan. Negeri Pangean merupakan pusat pengembangan olah raga bela diri yang terkenal dengan nama ‘Silat Pangean’.
Menurut orang tua-tua di Pangean ini banyak sekali cerita-cerita rakyat, yang bukti peninggalan cerita itu masih dapat dilihat dan dibuktikan kebenarannya. Dalam buku ini, cerita yang akan diungkapkan, adalah cerita “Ombak Nyalo dan Simutu Olang”.
Jarak negeri Pangean ke kota Teluk Kuantan lebih kurang 35 Km, dengan Pasar Baserah 7 Km. Masyarakat Pangean hidup dari hasil pertanian dan perkebunan. Seni bela diri yang terkenal di daerah ini adalah silat pedang, silat tangan dan silat perisai yang tetap berkembang dan lestari hingga sekarang ini. Kemampuan guru-guru silat dalam mempertahankan dirinya di negeri ini telah banyak membuktikan kemampuannya baik didalam maupun diluar daerah Rantau Kuantan Singingi. Dalam lingkungan pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi, daerah Pangean terletak antara Kecamatan Benai dan Kecamatan Kuantan Hilir. Negeri tetangga yang terdekat dengan Pangean adalah disebelah barat Simandolak dan Siberakun dan disebelah timur berbatasan langsung dengan Baserah.
DUA SEKAWAN MEMASANG LUKAH
Salah satu alat penangkap ikan di negeri Pangean adalah lukah, lukah ini ada yang kecil, ada yang menengah dan ada yang besar. Yang kecil ini untuk menangkap ikan yang kecil, lukah yang sedang untuk menangkap ikan yang sedang pula, sedangkan lukah yang besar untuk menangkap ikan yang besar seperti ikan tapah dan patin.
Menangkap ikan adalah merupakan kegemaran masyarakat. Kebiasaan masyarakat, sebelum membangkit lukah yang besar, mereka terlebih dahulu menjenguk lukah yang kecil yang dipasang dalam sungai-sungai kecil. Menurut lazimnya mereka kerjakan kalau air banjir lukah-lukah penuh berisi ikan lampan atau sejenisnya.
Dua orang datuk yang sangat akrab, yaitu Datuk Topo, penghulu suku Melayu dengan Datuk Siak Pokih penghulu suku Paliang, keakraban kedua datuk ini sangat tinggi. Mereka seperti merpati dua sejoli, laksana pohon aur dengan tebing, seperti kuku dengan jari. Keakraban itu sampai memasang lukah di lubuk sayak. Kalau mendapat ikan selalu dibagi sama banyak. Kalau ikan dijual, ya sama dijual. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, pada hari pertama kejadian, dua sekawan menjenguk lukahnya tak berisi sama sekali. Umpan dalam lukah habis dimakan ikan, namun ikannya entah kemana. Dalam hati kedua datuk timbul tanda tanya, kecurigaan mulai datang, keinginan untuk membuktikan kasus ini mulai tumbuh, Untuk membuktikan kecurigaan ini, masing-masing mulai menyelidiki. Siapa pelaku pencuri ikan dalam lukah mereka berdua. Selesai sholat subuh kedua datuk yang sehati dan sejiwa ini berangkat untuk mencari tau siapa yang sebenarnya telah mengambil ikan yang ada didalam lukah mereka. Di pagi buta itu Datuk Topo dan Datuk Siak Pokih bergerak mendekati lukah pertamanya dari kejauhan mereka melihat seorang gadis cantik berjalan di dekat lukah yang sedang terpasang. Gadis itu langsung mengangkat dan mengambil ikan yang ada pada lukah tersebut, pada mulanya kedua datuk ini tidak percaya gadis itu pencuri ikan dalam lukahnya, karena wajahnya yang cantik dan bentuknya yang menarik tidak mungkin seorang pencuri. Kemudian kedua datuk sekawan itu terus mengintip dan mengikuti gerak-gerik gadis itu sampai kepada lukah yang kedua. Sampai pada giliran pada lukah yang ketiga hari pun sudah semakin terang, wajah sang pencuri semakin jelas, dengan sangat berhati-hati sampai kepada lukah yang keempat, lirikan dan pandangan mata gadis yang menawan itu semakin liar, gerak geriknya semakin mencurigakan, setelah pandang melayang jauh tak ada yang dikuatirkan gadis itupun turun membangkit lukah dan mengambil ikan yang ada di dalam lukah tersebut. Dalam keadaan mengambil ikan itulah, tiba-tiba datuk dua sekawan keluar dari semak-semak dan langsung dan mempergoki dan menangkap sipencuri, tanpa mengadakan perlawanan sipencuri digiring mereka masuk desa.
GADIS KAYANGAN TERTANGKAP MENCURI IKAN
Pagi itu, matahari mulai memancarkan cahayanya menerangi bumi. Sipencuri yang telah berpraktek selama 3 hari, akhirnya tertangkap tangan. Satu-satunya jalan bagi pencuri harus mengakui perbuatannya yang terlarang, dua sekawan tak mau main hakim sendiri. Sipencuri langsung dihadapkan kepada ninik mamak untuk diadili dan diberi hukuman sesuai dengan perbuatannya.
Sebelum gadis cantik itu diberi hukuman oleh ninik mamak, terlebih dahulu sipencuri ditanya oleh dua sekawan, siapa namanya, nama ayah, negeri asal, nama sukunya dan pekerjaannya.
Gadis itu menjawab: “Nama saya adalah Dayang Pinang, anak dari orang bunian, tidak bersuku dan tidak berkampung. Saya adalah seorang gadis yang diusir oleh ibu dan ayah, karena melanggar larangan dan pantangan dalam masyarakat jin di alam kayangan. Saya tidak dibenarkan lagi kembali ke alam kayangan. Kesetiaanku telah dicabut dan saya tidak mungkin untuk kembali lagi ke asalku, karena hidupku yang terlunta-lunta, kepada siapa saya akan mengadu, saya mencuri karena terpaksa. Disamping pekerjaan ini saya lakukan adalah dengan tujuan dan maksud yang terkandung dalam hati, agar saya ditangkap oleh para penghulu dan datuk di negeri ini. Saya telah tahu, bahwa datuk-datuk penghulu dua sekawan tidak akan menyiksa saya, seandainya saya mereka tangkap sekaligus akan mengetahui nasib dan penderitaan bathin yang sedang saya tanggungkan. Seandainya datuk penghulu memang marah pada kelakuan dan perbuatan saya yang tidak baik dan sangat dilarang di desa ini saya mohon ma’af dan berjanji tidak akan melakukan lagi.”
Mendengar pengakuan gadis yang cantik ini, datuk dua sekawan timbul rasa belas kasihan. Mereka berkata: “ Kami tidak akan menghukum, kami akan menjadikan anak kami. Walaupun kamu berasal dari bangsa jin.” Gadis cantik itu berkata : “karena saya telah mengucapkan janji, maka saya akan mengikuti perintah datuk. Kalau saya dibuang akan jauh, kalau digantung saya akan tinggi.”
Menyimak ucapan dan penyampaian gadis ini, datuk penghulu yang berdua, lembaga adat negeri memutuskan : “Kami dari lembaga adat dari suku-suku yang ada dalam negeri, memutus dengan mempertimbangkan pengakuan dari gadis kayangan serta pernyataan yang disampaikan oleh kedua datuk pimpinan suku dalam negeri, bahwa gadis kayangan ini dikembalikan kepada datuk yang berdua.” Demikian pelaksanaan rapat yang berlangsung selama tiga batang rokok ini. Untuk sementara, sesuai dengan perundingan dua sekawan, gadis cantik ini dibawa dahulu kerumah Datuk Topo, penghulu suku Melayu. Tentang ketentuan selanjutnya akan dimusyawarahkan setelah situasi agak tenang.
Kedua datuk ini mengadakan pertemuan, mendudukkan permasalahan gadis yang mereka pungut sewaktu mencari ikan, maka terjadi pertengkaran antara Datuk Topo dengan Datuk Siak Pokih. Datuk Topo berkata : “Kalau gadis ini tidak didudukkan permasalahannya, nasibnya akan sama dengan nasib yang sebelumnya. Saya menginginkan agar dia masuk kedalam suku melayu, karena suku melayu Negeri Pangean ini termasuk suku yang terbesar. Kalau dia masuk suku melayu berarti pemuda dari suku Paliang dan suku Cermin dapat melamarnya untuk dijadikan istri. Seandainya dia tidak dijadikan anak angkat, maka akan berezki adalah orang luar, kita yang merugi.”
Pendapat dan saran yang diutarakan Datuk Topo ini tidak mendapat sambutan yang baik oleh Datuk Siak Pokih. Mereka masing-masing ingin memiliki gadis cantik itu. Pertengkaran kedua sekawan ini tak kunjung berpangkal dan berujung dan mengarah kepada perkelahian mulut dan akan disudahi oleh bentrokan fisik. Keakraban yang terjalin baik selama ini akan pecah, akibat masing-masing mempertahankan pendapat dan keinginan.
Datuk Topo berkata : “Saya tidak menginginkan persahabatan kita yang baik dan kokoh, seperti kuku dengan jari, sekarang akan pecah dan pecahannya akan sirna karena permasahan ini. Terakhir saya nasehatkan, baik kita adakan pertandingan antara dubalang Suku Melayu dengan Dubalang Suku Paliang. Dubalang yang menang dalam pertandingan perkelahian, maka dialah yang berhak mengawini atau menikahi gadis kayangan itu. Yang kalah janganlah berkecil hati, karena masing-masing telah berusaha untuk mendapatkan gadis tersebut.” Pendapat Datuk Topo ini diterima oleh ketua penghulu. Sebagai tanda setuju perlu disadari: “Semenjak kita muda selalu kompak, serumpun bagaikan serai, sebungkus bagaikan nasi, sedoncing bak besi, seciok bak ayam, setelah tua, senja mulai melintas, cahaya kelabu telah terbentang luas, suatu pertanda umur kita tidak beberapa lagi, ajal telah menunggu, kematian datang menjemput, dunia akan ditinggalkan, kehidupan di akhirat perlu jadi perhatian.” Dasar permupakatan itu ditetapkan hari pertandingan perkelahian.
Datuk Penghulu Sutan menetapkan : “Pertandingan itu akan kita adakan tiga bulan lagi.” Datuk Topo menyetujui apa yang dikatakan oleh Datuk Penghulu Sutan. Hasil perundingan yang telah disepakati oleh Datuk Topo kemudian disampaikan kepada Jurai Monti dan Dubalang. Karena Dubalang suku Paliang pada waktu itu tidak ada, maka menurut para Monti baiknya didatangkan dubalang dari Kuntu Darussalam sebagai dubalang kita, dan dialah yang akan mewakili dubalang suku Paliang dalam pertandingan esok.
Menurut Datuk Siak Pokih : “Dubalang dari Kuntu Darussalam itu memang baik, punya ilmu kebathinan yang banyak.” Seorang Monti bertanya : “Kami dari Jurai Monti ingin tahu siapa nama dari dubalang kita itu?”, jawab Datuk Siak Pokih : “Namanya adalah Simutu Olang” Merupakan dubalang yang terkenal dari daerah Kampar Kiri. “Kalau begitu kami dari Monti setuju yang akan bertanding itu adalah Dubalang Simutu Olang, yang diharapkan akan dapat membawa nama baik Suku Paliang.” Monti yang lain berkata : “Mumpung kita dalam mupakat, saya mengusulkan, sebelum akan bertanding, Simutu Olang sudah berada di kampung ini, gunanya untuk mengatur siasat dan strategi yang sangat perlu kita bicarakan.” Kata Datuk Siak Pokih : “Dalam bertanding, kita jangan memperlihatkan keangkuhan dan kesombongan, kalau kita kalah, kita akan mengakui kekalahan kita, kita harus mengakui kehebatan dan kepintaran lawan. Juga sebaliknya kalau kita menang mereka harus mengakui kemenangan kita.” Setelah ada kesepakatan perundingan, masing-masing setuju untuk mendatangkan Simutu Olang untuk bertanding, dengan kekompakan para Monti demi melaksanakan keputusan datuk dua sekawan masing-masing setuju, semoga segala rencana akan berjalan dengan sukses dan lancar. Dengan adanya pertandingan ini, dikedai-kedai kopi muncul berbagai pendapat. Pendapat-pendapat itu mulai simpang siur. Disebuah kedai kopi seorang datuk penghulu berkata : “Dahulunya Datuk Topo dan Siak Pokih selalu kompak, mereka tak berselisih paham atau berbeda pendapat. Mereka sangat serasi, bahkan silang sengketapun jauh dari mereka. Mereka selalu ikut mengikuti, seiya sekata. Bak pepatah berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing, manis sama ditelan, pahit sama dimuntahkan, ke bukit sama mendaki kelurah sama menurun. Tuhan maha kaya yang dapat menciptakan isi alam ini terdiri dari berpasangan dan ada yang berlawanan. Misalnya ada yang pintar dan ada yang bodoh, persatuan lawannya perpecahan, baik lawannya buruk. Benar sekali apa yang diucapkan orang-orang cerdik pandai dahulunya itu. Bak kata pemuka adat : “Sifat yang sama jangan dipertemukan. Yang harus dipertemukan adalah sifat dan pendapat yang berbeda.” Seisi kedai kopi duduk terdiam mendengarkan perkataan datuk itu. Datuk itu meneruskan lagi perkataannya : “Perbedaan itu dalam negara kita ini, membawa kepada kebenaran yang hakiki. Kadangkala sifat yang sama akan membawa kepada kehancuran, sama-sama sabar mendatangkan malapetaka yang membawa kepada kefatalan. Tuhan telah menciptakan mahluk di dunia ini tidak ada yang sama. Kalau sama tapi berbeda. Kata orang sekarang, serupa tapi tak sama. Sama bentuk fisik, berbeda pada sikap. Sama wataknya tapi bentuk kulit dan mukanya berbeda. Demikian tuhan menjadikan alam ini sangat bervariasi. Ada gunung ada lembah dan ngarai, ada padang pasir ada hutan belantara, ada samudera dan ada daratan yang maha luas. Ada sungai-sungai yang panjang dan berhenti-hentinya air mengalir ke muara. Dilangit ada bulan, bintang, awan dan hujan, cuaca mendung yang tebal dan gelap, sering-sering diiringi cahaya yang terang dan cerah. Hewan berkeliaran diatas dunia ini juga demikian. Ada yang jinak ada yang liar, ada yang buas dan ada yang memamabiak, ada yang besar dan ada yang paling halus bahkan sangat kecil. Diudara berterbangan burung-burung yang bulunya beraneka ragam, ada yang suaranya merdu menarik perhatian orang. Pokoknya tidak ada yang sama, tempat sama waktu berbeda. Begitu pula Datuk Topo dan Siak Pokih, dulunya kompak, seiya sekata yang kini telah pecah. Dialam ini tidak ada yang kekal dan abadi, sifatnya selalu berobah. Memang begitu sifat dan kodratnya. Kalau kita mendapat dukungan dari penguasa, dukungan itu hanya sementara. Didesa ini yang berkuasa dalam adat adalah datuk penghulu dan ninik mamak. Penghulu punya anak, cucu dan kemenakan. Punya tanah ulayat yang dipersiapkan untuk kemenakan, mamak dalam adat berfungsi biangkan mencabik, gentingkan diputus, membuang jauh, menggantungkan tinggi, menghitam memutihkan. Yang bersalah dihukum yang berhutang membayar, tangan mencencang bahu memikul. Datuk dua sekawan sama-sama berminat untuk memiliki gadis cantik itu, akhirnya mereka bertengkar yang disudahi dengan adu dubalangnya. Inilah salah satu cara yang diambil jalan keluar untuk menghilangkan rasa ketidaksenangan diantara mereka berdua, adil dalam menimbang, tepat dalam mengukur, akan menghasilkan keputusan yang benar, yang akan dipegang erat, dituruti dan dipatuhi oleh anak cucu dan kemenakan dalam nagori.
(Bersambung………………..)
=======================================================================
taluk kuantan, (gunung toar) 2013
by : sedi suganda; 26 Februari 2013.,,
Cerita Rakyat Lutung Kasarung - Cerita Legenda Indonesia
Cerita Rakyat Lutung Kasarung - Sebelum saya Share Cerita Rakyat Lutung Kasarung Sebelumnya saya telah share Cerita Rakyat Danau Toba dan Cerita Rakyat Timun Mas, Cerita Lutung Kasarung ini menjadi sebuah Cerita Legenda yang bersal dari tataran sunda atau masyarakat Jawa Barat, Lutung kasarung sendiri berarti Lutung yang tersesat, Okelah langsung saja untuk membaca Cerita Rakyat Lutung Kasarung ini.
LUTUNG KASARUNG |
Cerita Rakyat Jawa Barat
Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.
Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.
Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.
Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.
Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.
Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.
Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.
Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.
Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.
Semoga Ada manfaat setelah menbaca Cerita Rakyat Lutung Kasarung ini dan kami ucapkan banyak terimakasih atas Kunjungannya dan Kunjungi Kumpulan Cerita Rakyat yang lainnya...
by : sedi sugandaSH; 26 Februari 2013.,,
Posting Komentar